Minggu, 23 Desember 2012

Sabar, Why Not..

Seorang ulama besar dan terkenal dengan ilmunya  yaitu Imam Al-Ghazali, dia membagi sabar dalam lima bagian diantaranya pertama yaitu bersabar ketika mendapat musibah atau bencana. dalam hidup pasti kita akan mengalami suatu masalah atau musibah yang tentu itu akan membuat kita resah, tapi masalah itu adalah sebagai media untuk meningkatkan ketakwaan dan kematangan mental kita. dan kunci untuk menghadapi agar dengan mudah keluar dari himpitan cobaan itu adalah dengan lebih bersabar.
sabar yang  kedua yaitu bersabar dikala menghadapi gejolak maksiat yang berada disekitar kita. caranya adalah dengan mencegah dengan cara yang tepat dan cepat, tidak main hakim sendiri, tapi dengan menggunakan tata tertip dan peraturan yang berlaku. banyak diantara kita, masyarakat perkotaan atau pedesaan yang tidak tahan melihat orang lain berbuat maksiat atau kesalahan sehingga mudah mengambil keputusan yang tergesa-gesa atau bahkan main hakim sendiri. sebaiknya jangan begitu, lebih baik mencoba untuk bersabar dulu, melihat duduk perkaranya dengan seksama siapa tau kita hanya salah tanggap dan ternyata dia tidak bersalah. gara-gara kita tidak bersabar bisa-bisa kita salah orang atau salah sasaran.
sabar yang ketiga yaitu, sabar dikala melaksanakan ibadah. yang disebut ibadah pasti tak lepas dari godaan dan rintangan, terutama suara-suara hati yang berasal dari bujuk rayu syetan-syetan yang membisikan kemaksiatan sehingga menghalangi niat baik kita untuk beribadah. misalnya saja, ketika waktu sholat subuh waaah dikala kita enak-enaknya tidur dan diantara dinginnya  udara di pagi hari. disinilah kita dituntut untuk bersabar menunaikan ibadah sholat subuh, begitu pula jika kita sudah bekerja keras dari pagi hingga malam, namun ketika kita mendapatkan rejeki kita dituntut untuk mengeluarkan zakat dan shadakahnya. untuk menerima segala perintah-Nya dalam hal ini kalau tidak sabar mana mungkin orang mau melaksanakan mengeluarkan zakat dan sadaqah.

sabar yang ke-empat yaitu, sabar ketika berjihat. jihat disini bukan berarti jihat berperang saja. tetapi jihat dalam menjalani kehidupan yang semakin lama semakin rumit dan semakin berat. pastinya akan timbul suasana yang menyenangkan atau bahkan bisa terjadi hal yang sebaliknya. dan itulah yang disebut dengan diinamika kehidupan, yang kadang berat dan kadang ringan, kadang susah kadang mudah, dan roda hidup akan terus berputar. dan disinilah kita perlu berpatokan pada kesabaran.
sabar yang kelima yaitu, sabar dalam menerima harta kekayaan. harta kekayaan misalnya saja dalam bentuk uang, jabatan, wibawa dan sebagainya. dalam posisi ini hendaknya kita selalu menempatkan kesabaran dengan menyukuri, menyalurkan dan menggunakan harta di jalan yang diridhai ALLAH. seperti misalnya mengeluarkan zakat dari harta yang kita miliki. membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan ber-sadaqah, ber-infak dan amal ibadah lainya dari harta atau posisi(jabatan) yang kita miliki. memang harus diakui hasrat untuk menikmati dan memanjakan diri dari hasil keringat sendiri itu sangat besar . tapi cobalah untuk tidak berlebihan karena sifat yang berlebih-lebihan itu tidak disukai oleh ALLAH swt. kalau kita tidak sabar dalam memanfaatkan harta dan jabatan yang kita miliki, bisa jadi itu akan menjadi mala petaka untuk diri kita sendiri. misalnya saja kita tidak sabar ingin cepat naik jabatan dengan berbagai macam usaha kita coba untuk meraihnya. maka lambat laun perbuatan kita kan diketahui orang lain dan apa yang kita inginkan tidak tercapai dan bisa juga kita kehilangan jabatan yang kita miliki saat ini. ingatlah akan firman ALLAH,  ALLAH mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengeran, penglihatan.dan hati supaya kamu bersyukur (menggunakan sesuai petunjuk ilahi ubtuk memperoleh pengetahuan) (QS Al-Nahl 16:78)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar